Pengikut

Senin, 13 Juni 2011

·   Jamur

KANDIDIASIS VULVOVAGINAL (Vulvovaginal Candidiasis)

Adalah infeksi pada vulva dan vagina yang disebabkan oleh Candida albicans (konon 90%) dan sebagian kecil oleh Candida glabrata (salah satu referensi menyebutkan bahwa saat ini terjadi peningkatan hingga 15%), Candida tropicalis dan Candida parapsilosis.
Penyakit ini seringkali dijumpai pada saat hamil dan seminggu sebelum menstruasi. (yang gak hamil dan gak sedang akan mens bukan berarti gak bisa kena lho)
Jika seseorang menderita Kandidiasis vulvovaginalis 4 kali atau lebih dalam setahun, disebut Kandidiasis Vulvo Vaginalis Rekuren (KVVR)
TANDA-TANDA
Kandidiasis vulvovaginal ditandai dengan:
  • Rasa gatal dan rasa panas pada vulva dan vagina.
  • Keputihan (berwarna putih seperti susu, cairan tebal dan plak warna putih yang melekat di vulva, vagina, dan serviks). Dijumpai gumpalan seperti keju pada dinding vagina. *bisa ngeliat sendiri pake cermin…halah*
  • Sakit saat kencing (disuria)
  • Nyeri saat berhubungan intim (dispareunia)
  • 20-50 % penderita Kandidiasis vulvovaginal tidak menunjukkan gejala apapun (asimptomatis).
Menurut Eckert LO, dkk, persentase keluhan pada penderita yang nyata-nyata terinfeksi jamur Candida albicans, sebagai berikut:
> Tanda-tanda dan keluhan:
%
> Gatal dan rasa panas pada vulva-vagina
38 %
> Pembengkakan vulva
25 %
> Keputihan
68 %
> Bercak kekuningan
22 %
> Pemeriksaan :
%
> Nampak pembengkakan pada vulva-vagina
22 %
> Kemerahan pada vulva dan vagina
72 %
> Didapatkan bercak cairan kental
28 %
FAKTOR PENCETUS
Beberapa faktor pencetus (predisposisi) terjadinya Kandidiasis vulvovaginal, antara lain:
  • Penderita Kencing Manis (DM)
  • Obat-obatan (kortikosteroid, antibiotik, pil KB dan obat-obat antiseptik vagina yang berpotensi mempengaruhi flora normal vagina)
  • Celana Dalam terlalu ketat dan sumuk (misalnya CD yang terbuat dari nylon)
  • Kehamilan
  • Periode sebelum menstruasi
  • Ndut *maaf … gak papa, sama koq… hehehe*
  • Dan penurunan daya tahan tubuh dengan berbagai sebab.
BAGAIMANA MENGETAHUINYA ?
Kandidiasis vulvovaginalis dapat dikenali dengan Pemeriksaan Fisik (dengan melihat tanda-tandanya) dan Pemeriksaan Laboratorium.
Di Ndeso™ Palaran udah tersedia pemeriksaan sekret vagina (cairan vagina) *peralatan dan segala sesuatunya beli sendiri*.
Biaya: Rp22.000,- (Dua Puluh Dua Ribu Rupiah). Perinciannya: 2.000 perak disetor ke Pemkot *hiy, gak malu, gini aja minta setoran*, sedangkan 20.000 adalah biaya pemeriksaan termasuk jasa dan keuntungan.
Dalam tempo 1-2 jam, hasilnya sudah dapat diketahui.
Obat Minum: diberikan terutama untuk wanita yang belum menikah dan pada kasus Kandidiasis Vulvo vaginalis berulang.
  • Tablet Ketoconazole 200 mg (merk atau nama dagangnya banyak), diminum 2 kali sehari, sedikitnya selama 5 hari. Pada Kandidiasis Vulvo vaginalis berulang memerlukan waktu lebih lama, yakni sekitar 10-14 hari.
Untuk pencegahan (profilaksis) Kandidiasis Vulvo Vaginalis Rekuren (berulang), setelah sembuh dilanjutkan dengan Ketoconazole 100 mg (1/2 tablet) per hari selama 6 bulan. Dan jika setelah 3-6 bulan gak ada lagi tanda-tanda infeksi Kandidiasis vulvovaginalis, maka obat dihentikan.
  • Itraconazole 100 mg, diminum 2 kali sehari selama 2-3 hari. Ato bisa juga 2 kali 200 mg dalam sehari setiap 8-12 jam.
Obat Lokal (topikal): diberikan untuk wanita menikah dan wanita hamil.
  • Nystatin (100.000 IU) vaginal supposutoria, dimasukkan ke dalam vagina (sampe masuk semua) sehari sekali selama 12-14 hari.
Mohon maaf, obat-obatan gak tertulis lengkap dan gak menyebutkan nama paten (merk dagang). So, pemeriksaan dan pengobatan yang lebih akurat silahkan konsultasi ke dokter langganan masing-masing.


TIPS MENJAGA KEBERSIHAN VAGINA
  • Gunakan celana dalam berbahan katun.
  • Gunakan air bersih untuk membersihkan vagina (dan sekitarnya).
  • Bilas area vagina dari depan ke belakang ketika cebok agar terhindar dari kontaminasi kuman di anus. 
  • Mengganti pembalut sesering mungkin untuk menghindari bersarangnya kuman pada pembalut.
  • Hindari pemakaian celana dalam berbahan nylon
  • Hindari pemakaian celana ketat.
  • Hindari pemakaian parfum atau sabun yang mengandung parfum (termasuk deodorant) agar tidak terjadi iritasi.
  • Hindari penyemprotan atau pemakaian produk kebersihan atau bahan antiseptik tanpa saran dokter
  • Gunakan handuk sendiri
  • Biasakan cuci tangan sebelum menyentuh vagina
  • Pastikan menggunakan celana dalam bersih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar